"Kamar no 20"
Mungkin akan selalu saya ingat.
Iya ini memang tulisan yang saya peruntukan untuk mbaknya yang pernah membuat hati saya terluka sebagai sesama perempuan.
Saya nulis bukan karena saya sayang banget sama mbak sampe mbaknya saya jadikan objek di tulisan saya.
Anggap aja saya sekarang lagi kangen sama mbak, belum sempat bilang langsung karena mbaknya sudah jauh berada di pulau antah berantah sekarang.
Mbak..
Menyakiti itu mudah ya?
Tapi tidak demikian dengan memaafkan.
Memaafkan yang beneran ikhlas loh ya.
Bukan maaf dimulut, tapi kemudian beberapa menit gerundel di hati.
Mbak..
Nyakitin orang itu kayak ngedipin mata ya, cuma sekilas tapi bisa taunan berbekas.
Tau ngga mbak?
ehehehe...
Mbak..
Apakah rasanya bangga melihat pasangan orang lain lebih tertarik untuk berdiam diri bersama mbak dibandingkan dengan pasangannya sendiri?
Apakah ada semacam kepuasan tersendiri untuk mbaknya dengan merasa menang sesaat?
Saya heran.
Mbak...
Bagaimana sih rasanya "tertawa" ketika dengan jelas mbaknya sudah menyakiti perasaan perempuan yang sebenarnya lebih BERHAK tertawa?
Koar koar sampai sempat membuat saya bingung sebenarnya yang sudah menyakiti itu siapa?
Yah begitulah manusia mbak.
Berucap. Lalu lupa bawa kaca.
Mbak...
Ada kepuasan pribadikah dengan mbak berhasil membuat pria yang satu dengan pria yang lain tertarik dengan mbaknya?
Oh iya, pasti. Merasa bangga dan menang atas diri sendiri itu Manusiawi.
"Tapi merasa menang atas sesuatu yang merupakan HAK orang lain adalah kejahatan."
Mbak..
Yang namanya nyakitin orang itu mungkin "menyenangkan" bagi mbak, tapi bentuk kesenangannya hanya sesaat.
Yang namanya "merasa menang" atas HAK orang lain itu sebenarnya bentuk kejahatan yang dikemas dalam bentuk kepuasan.
Mbak..
Sebenarnya...
Allah cuma lagi nguji mbak, kira - kira dengan mbak jahatin orang mbak bakal tahan dengan kesenangan dan kepuasan pribadi berapa lama.
Sebenarnya..
Allah cuma lagi nguji mbak, kira-kira mbak bakal sadar berapa lama kalau mbak sudah menyakiti perasaan orang lain.
Sebenarnya..
Allah cuma lagi nguji mbak, tapi sayang sepertinya mbak memang tipe orang yang tidak pernah mau peduli dengan lingkungan sekitar begitu ya hehe
Mbak..
Tau gak kadang - kadang saya masih suka keinget sama apa yang udah mbak lakuin sama saya.
Tapi justru yang membuat saya berusaha memaafkan mbak adalah karena mbaknya sendiri loh, percaya gak mbak?
Seringkali saya berpikir.
Mungkin memang hidup mbak hanya kurang bahagia bila dibandingkan saya.
Mungkin memang hidup mbak hanya kurang dikelilingi dengan lingkungan orang-orang yang baik.
Mungkin memang hidup mbak hanya kurang bersama dengan orang-orang tulus yang selalu ada disamping mbak.
Pada akhirnya saya simpulkan mungkin mbaknya semacam....mmmm...kurang mendapat perhatian begitu ya?
Hingga mbak akan mendapatkan kepuasan pribadi saat berhasil menghancurkan kebahagiaan orang lain?
Hingga mbak akan mendapatkan kepuasan pribadi saat berhasil menghancurkan kebahagiaan orang lain?
Benar begitu mbak?
Mbak..
Terkadang saya kesal.
Tapi tetap. Saya harus legowo.
Maaf ya mbak, sudah sempat membenci sampai ubun-ubun.
Maaf ya mbak, sudah sempat membuang-buang waktu saya yang sangat berharga hanya untuk memikirkan kejahatan-kejahatannya mbak sama saya.
Maaf ya mbak.
Padahal...kalau tidak ada mbak, saya tidak akan pernah tahu kalau perempuan di dunia ini tidak semuanya baik seperti ibu saya.
Maaf ya mbak..
Kalau tidak ada mbak, saya tidak akan pernah tahu kalau perempuan-perempuan seperti mbak ternyata beneran ada lho di dunia nyata hehehe
Maaf ya mbak..
Kalau tidak ada mbak, saya tidak akan awas.
Maaf ya mbak..
Kalau tidak ada mbak, mungkin Astrid yang sekarang masihlah Astrid yang mudah dibodohi, yang berpikir kalau dunia hanya sebatas tawa, hahahihi dengan hidupnya, tetapi tidak pernah belajar.
Terimakasih ya mbak.
"Rasa sakit dari mbak bikin saya banyak belajar."
Maaf ya.
Saya egois sekali sempat kesal dengan mbak.
Sebenarnya mbak itu baik. "Hanya mbak kurang beruntung."
Mbak itu baik.
Memberikan saya pelajaran cumacuma yang tidak akan pernah bisa saya beli sebelumnya dalam hidup.
Terimakasih banyak ya mbak
Semoga Allah membukakan pintu hati mbak.
Semoga Allah menunjukan sama mbak bagaimana cara yang tepat membedakan perbedaan tipis antara kesalahan dan kebahagiaan.
Semoga hidup mbaknya tidak berakhir dengan menjadi seorang Public Enemy.
Mbaknya mungkin kesenengan ya saya jadiin objek di tulisan?
ehehehehe.
Gak apa-apa deh saya kan mau terimakasih sama mbak. Siapa lagi coba orang yang akan peduli dan kasih perhatian lebih sama mbak kalau bukan saya? :)
(Diary 15 November 2017, Astrid Khairina S)
0 komentar