Forgiveness.

By Astrid Khairina S - Desember 20, 2017

Perkara maaf memaafkan ini selalu menjadi hal yang rumit sepertinya.
Seringkali saya bertanya kepada diri saya sendiri, memaafkan itu ketika bagaimana sih?
Ketika kita sudah berucap "iya dimaafin" di mulut tetapi kemudian hati kita masih enggan bertatap muka esok hari karena masih ada rasa canggung dan teringat semua kejahatan-kejahatan orang tersebut kepada kita?
Atau..
Ketika sudah dipertemukan dengan berjabat tangan di hari raya meski kemudian esok lusa enggan menyapa meski hanya sekedar melalui dunia maya hanya karena  masih ada perasaan mengganjal yang belum tersampaikan?


Help Me - Helena Helfrecht

Sebenarnya...
Bagaimana definisi memaafkan itu sendiri? Apakah memaafkan berarti ketika kita sudah bisa MELUPAKAN?
Atau...
Apakah selalu ketika kita masih ingat, berarti artinya kita belum benar benar MEMAAFKAN?

Memaafkan itu kata kerja atau kata sifat?
Memaafkan itu adalah sebuah "rasa" atau sebuah "usaha"?
Kapan waktu yang tepat untuk memaafkan?
Kapan waktu yang pantas untuk menerima kesalahan seseorang?
Kapan waktu yang tepat untuk kita bisa terlihat biasa biasa saja di depan si dia yang telah menyakiti?

Don't spent your life watching the time, or you'll discover that time is watching you......

Seorang rekan berujar "Astrid, yang namanya memaafkan itu ga ada yang kecepetan dan ga ada yang kelamaan." ujarnya pada saya di hari itu. Persis ketika saya tengah gelisah menemukan cara yang tepat bagaimana caranya memaafkan seseorang. Persis ketika saya tengah gelisah harus bagaimana saya menghadapi orang - orang yang telah jahat kepada saya. Yang masih bisa tertawa hahahihi di depan maupun di belakang saya, tepat ketika hati saya bahkan masih sakit dan belum bisa sepenuhnya melupakan perbuatan jahat mereka.

Pernah saya berpikir "Ya Tuhan, mereka jahat sekali."
Tapi kemudian saya yakin meski hanya membatin, Tuhan pasti dengar. Tuhan yang paling tahu apa yang akan orang-orang jahat itu dapatkan KELAK.


THIS is what I meant when I posted the art piece with the woman with knives in her back, and her facing both ways. She does it to herself.

Percaya atau tidak?

Sebenarnya, seseorang sudah mampu dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Namun yang membuatnya sulit adalah ratusan pikirannya sendiri.
Sudah pantas belum? "Ah nanti keenakan. Perbuatan dia tidak sebanding dengan kebaikan yang selama ini sudah saya berikan."
"Ah nanti dia mengulang kesalahan dia lagi kalau semudah itu dimaafkan."
"Ah nanti dia tidak tahu arti memperjuangkan sesuatu kalau saya dengan mudah terlihat seolah biasa saja di depan dia yang sudah menyakiti."

Selalu semua itu yang menjadikan semuanya lebih rumit.

Lelah.

Lamalama lelah.

Lelah menemukan jawaban.

Lelah karena......

Mau sampai kapan.... ?

Pada akhirnya sedikit demi sedikit saya mulai mengerti bahwa...
"Yang namanya udah maafin, ya maafin aja. Masalah kecepetan atau engganya itu cuma bonus." Bonus untuk orang lain karena tidak perlu repot-repot berjuang keras untuk sekedar mendapat kata maaf.
Bonus bagi diri kita sendiri karena MEMAAFKAN bukanlah hal yang mudah dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang KUAT. Bonus buat kita karena kita menjadi salah seorang yang bisa berbesar hati dan berlapang dada untuk tidak menyimpan benci di hati kita. Bonus untuk kita karena kita berhasil naik level menghadapi ujian yang Allah berikan, yang pastinya tidak semua orang bisa lakukan seperti kita.

Yang selalu saya tahu, setiap orang di pertemukan dengan cara yang unik.
Selalu ada alasan kenapa setiap orang dipertemukan satu dengan yang lainnya.
Selalu ada alasan kenapa harus kita yang menerima perlakuan seseorang terhadap kita, sekalipun itu perbuatan jahat, ataupun bentuk pengkhianatan.
Selalu ada alasan..

Do You Think Like A Human Or A Machine?                                                                                                                                                                                 More

Teruntuk orang-orang yang sedang tersakiti hatinya...

Mungkin ini terdengar narsis. Tapi rasanya hanya ini yang bisa menguatkan dan membuat pribadi kita lebih kuat setiap harinya.
Mungkin, hanya kita yang KUAT jika harus dihadapkan dengan hal seperti ini. Mungkin, hanya kita yang akan berakhir MEMAAFKAN jika harus dihadapkan dengan kejahatan seperti ini. Mungkin, Tuhan hanya mempercayakan semua bentuk ujiannya pada kita karena hanya kita yang mampu.
Tapi justru karena itu....
Yang harus membuat kita bangga dan bertahan hingga detik ini adalah.... karena harusnya kita tahu Tuhan sangat sayang :)

(Diary 20 Desember 2017, Astrid Khairina. S)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar